12/13/2016
10/07/2016
Sebuah Kisah dari Si Aku #2
*
*
*
Dia
9/27/2016
Sebersama -ia-
Yang dirindu dari ia adalah tika bersama dalam kerja-kerja cerdas, bersama dalam kesepahaman esesnsi pergerakan..
Ia yang tak terasa helaan nafas pelannya..
Ia yang tak terasa desis suaranya..
Ia yang tak pernah terasa juga sentuhannya..
Namun merasuk dalam bayangan, bahwa ia "baik" dalam tutur kata..
bahwa ia "baik" dalam sambutan awal tika pertama jumpa, tika bersama dalam shaf yang sama..
Kita habiskan canda, tawa, sua dalam obrolan tentang bagaimana cara kita berbuat, tentang bagaimana strategi dalam aksi, tentang masalah yang belum jadi masalah, tentang khawatir yang terlalu kita hiraukan..
kita terjebak bersama, berdua dalam nyaman yang sama..
Kini saatnya engkau memilih jalan yang padanya membuat kita berbeda, membuat kita tak lagi bertegur sapa, tak lagi berbuat dalam aksi..
Dan inilah jalannya
Jalan yang Allah tunjukkan kebesarannya..
Aku banyak belajar darimu, semoga dirimu demikian juga padaku..
Selamat menggenap wahai sahabat sebersama dalam obrolan hangat tentang esensi dari memberi dan kontribusi ..
Aku bahagia untukmu, telah kau temukan separuh diinmu yang tinggal kau hitung harinya..
Semoga dalam fase itu, kau pun tak berhenti memperbaiki diri, dan tetap dalam obrolan hangat kita dalam berkontribusi..
InsyaAllah aku akan menyusulmuu menggenapkan diinku, semoga pilihanku pun kau sukai dan kita sama-sama memperbaiki dalam genap karena Allah
Aamiin ya mujiibassailin
27 Sep 2016, LKC DD Ciputat
9/09/2016
Ini bunda, nak #3
"Aku ingin mendidikmu jauh sebelum engkau dilahirkan..."
Nak, di hari-hari memperbaiki diri ini, begitu deraaas sekali dari setiap ujii. Tiap detiknya bersama dalam pengujian. Pengujian yang dalam khusnudzon bunda, ini adalah cara Allah berbaik hati mendidik bunda.. agar tetap ta'at, agar semakin tsabbat, dan senantiasa shabar..
Hari ini bunda masuk kelas Parenting Nabawiyah Nak, dengan penuh kesyukuran, Allah karuniakan saudara dan saudari yang tiada lepas dari mengingat Allah nak, mendawamkan sunnah Rasulullah, ittiba', ittiba', ittiba', agar meraih cintaNya..seperti dalam surat cintanya -Hingga Allah mencintai kita- QS Al imran : 31.
Kelas Parenting Nabawiyah hari ini melanjutkan materi pekan-pekan lalu tentang -Visi Keluarga Muslim-. Yaa semua berawal dari Visi, pertemuan Ayah bunda tentu juga atas Visi yang sama. Namun lebih jauh tentang Visi, rasanya secara harfiah mungkin terlihat sama arti namun dalam pemaknaan lebih dalam ternyata bisa jadi berbeda Nak. Makanya visi ini harus terus menerus disatukan, apalagi untuk membangun sebuah keluarga, karena peradaban dimulai darinya.
Visi Keluarga Muslim yang diarahkan Allah dalam surat cintaNya ada di Surat Al Furqon ayat 74, At Tahrim ayat 6, dan At tur ayat 21.
Visi yang secara harfiahnya berarti cara pandang terhadap realitas ini, berarti memang harus benar diawal untuk mempersedikit masalah di masa depan. Semoga Visi Ayah dan Bunda sama ya nak, atau bisa saling tarik menarik memperbaiki, mengupgrade visi kebesarannya masing-masing. ^^
Naaak, dari Visi yang Allah arahkan tadi, bunda tariiik Tema Khusus untuk peradaban kitaa..
"Melahirkan Generasi Penakluk Roma"
Kelak dari keluarga kitalah para penakluk itu nak, para jundi pemegang panji-panji haq dan para 'alim ulama' yang membangunkan ummat dari kejahilan.
Namun nak, jika dalam prosesnya ternyata suliit atau terlalu banyak rintangan hingga menyulutkan visi dan niatan kitaa..
Maka jalan keluarnya adalah
-Keyakinan-
Yakin bahwa Allah siapkan jalannya..
Yakin bahwa Allah terangkan tiap gelapnya..
tetap dalam keyakinan padaNya
tsabbat dalam dienNya
seperti Rasulullah yang meyakinkan para sahabat dalam Perang Khandaq, di masa-masa rumiit, paceklik, persediaan makanan habis sampai satu kurma untuk 8 orang, tapi dengan penuh keyakinan Rasulullah menyatakan "bahwa konstantinopel akan ditaklukkan.." dalam arti yang lebih dalam, apabila konstantinopel dapat ditaklukkan, berarti perang khandaq sangaaaaat mungkin dapat ditaklukkan. Sampai 8 Abad setelah perang tsb, konstantinopel dapat ditaklukkan. Modal utamanya -yakiiiin- nak...
InsyaAllah Ayah yang akan terus menerus meyakinkan kitaa, meyakinkan anak-anak Bunda dalam keyakinan penuh pada Allah dan sampai menjadi pantas sebagai seorang jundi ya nak..
Maafkan bunda pabila di kemudian hari dalam pengamalan ternyata tiada kata pantas..
Maafkan bunda yang masih terkukung dalam ego diri banyak mementingkan diri bunda sendiri..
Maafkan bunda dalam cita-cita besar Al umm madrasatul ulaa yang masih jauuuh dari kata sempurna..
"Mendidik Engkau jauh sebelum Engkau dilahirkan, mendo'akan Engkau tika masih dalam sulbi Ayahnya.."
"Hai generasi pembaharu, InsyaAllah Ayah bunda akan terus berjuang memperbaiki diri sampai menjadi pantas memiliki Engkau Nak.."
Pancoran, Fri 9 Sep 2016.
9/08/2016
Sebuah Kisah dari Si Aku #1
Ia adalah insan biasa, berada dalam pengharapan kedua orangtuanya menjadi “Sholihah”, menjadi partner dunia yang saling mengikhlaskan dalam do’a bersama di syurga, do’a berkeluarga kembali di firdausNya.. namun laku perbuatannya tidak ada yang mewakili pengharapan orang yang dikasihinya. Namun akhlaqnya jauh dari kata karimah, ah jangankan karimah, bisa jadi tiada kebaikan dalam dirinya..
Yaa, ia adalah aku.. dalam penilaian diri yang ternyata minus, bukan cukup namun minus. Maka adalah sangat bodoh apabila keberadaan diri, dhaifnya ini mempunyai sedikit ujub yang tiada hal yang mengharuskan ia ujub..
Inilah hijrah dalam mujahadah yang tiada akhir
Inilah hijrah dalam mujahadah sebagai seorang hamba
Dalam cita-cita besar sebagai ibadullah sejati
Hingga tercapai cita dari karantina dunia..
Bertemu denganNya .. Menjadi keluargaNya..
Inilah ia si “aku” yang masih dalam perbaikan laku
Namun begitulah sempurnanya dalam pandangan kasat mata manusia, tanpa perkiraan bahwa setiap insan terlebih banyak membersamai keburukan dan asyik dengannya. Syetan menjadikannya indah dan tanpa sadar terlampau jauh dan jatuh dalam lingkaran yang jauh dari memuji kebesaran Allah. Itulah ia dengan sempurnanya kedua orangtua dalam menempuh jalanan sebagai seorang abid Allah, namun si Aku tiada tersentuh dalam visi besar orangtuanya. Barangkali bukan tidak tersentuh, namun dalam perjalanan ia sebagai seorang anak, ia menemukan banyak sekali kebosanan, bosan dengan kebaikan, bosan dengan kondusifnya keadaan, bosan dengan segala aktifitas yang menenggelamkan dalam kecintaan pada RabbNya. Barangkali mungkin ia memang menginginkan hal yang ia pun bisa sama rasakan bersama dengan teman sepergaulannya, layaknya seorang gadis yang dapat pula merasakan cinta dalam kacamata remaja. Bukan hanya satu atau dua tapi lebih dari tiga. Ia pernah terjerumus dalam lingkaran “ayah-bunda” versi cinta remaja. Dalam pandangannya, ini adalah suatu fase yang biasa dan harus dilalui, pacaran adalah suatu hal yang sangat wajar untuk ia dan masanya. Pertama kali ia jatuh dalam cinta versi dirinya, dengan teman satu kelas yang dalam kriteria standar termasuk laki-laki yang good looking, pintar di kelas dan cukup dikenal banyak orang. Pacaran dalam pandangannya ketika itu, hanya sebatas surat menyurat dengan kalimat cinta atau rindu yang dituangkan dalam satu lembar kertas surat yang dibubuhi minyak wangi. Namun itu pacaran dalam versi ia sebelum masuk ke sekolah menengah atas. Dan kala itu, ia sudah melewati masa cinta versi surat menyurat tapi cinta versi anak SMA dengan segala ragam budaya pacarannya, entah itu dengan dibumbui belajar bersama dan lain sebagainya. Selama SMA bukan hanya sekali atau dua kali tapi beberapa kali ia kadung kecemplung dalam pola yang semakin dirasa biasa, pun saat itu ia masuk dalam lingkaran cinta pekanan yang setiap pertemuan tidak bosan-bosannya menasehati tentang hal itu, namun tiada satupun yang mampu merubah ia. Ia masih kokoh dengan kejahilannya yang tiada terasa itu. Begitu rumit perjalanannya kala itu, di masa-masa yang seharusnya produktif dengan menumbuhkan visi untuk membuat karya besar, ia habiskan waktunya dengan hal yang menyenangkan versinya.
8/29/2016
Nafs #1
Allah permudah jalan untuk bersamaiNya setiap akhir malam..
Allah permudah hatinya untuk menyegera dalam panggilanNya..
Allah permudah dalam amalan fardhi juga sunnahNya..
Dalam berinteraksi dengan sekelilingnya pun ia berusaha berbaik diri dan sangka..
Dalam berkebaikan Allah selalu mudahkan juga..
Hingga di perkara, dari mana syaitan mampu menggoda ia ? menguji keimanannya ?
Semakin mudah beramal.. semakin mudah berkebaikan.. semakin mudah membersamai dalam sujudNya.. semakin juga mudah hati-hati ini terjangkit rasa "merasa" terbaik dalam amalan..
ternyata disini musuh yg nyata itu berperan..
mana mungkin ia ridha dengan amalan yang mengantarkan kita menjadi musuhnya..
dan semakin dipermudah semuanya juga mudah sekali syetan membuat rasa bangga pada dirii, semakin keraslah hatiii.. hingga amalan hanya amalan.. tiada pengaruh bagi diri..
hingga amalan hanya amalan.. tiada daya melawan nafs yang dalam nyata berteman dengan kegelapan..
ma'adzallah ya Rabb
Rumah Qur'an UIN Jakarta, 29 Agustus 2016